Daftar Blog Saya

Minggu, 20 Oktober 2013

OH


LABORATORIUM BEDAH
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Organ reproduksi pada hewan betina secara umum terdiri atas organ reproduksi primer dan organ reproduksi sekunder. Ovarium merupakan organ reproduksi primer betina yang berfungsi menghasilkan ovum dan hormon-hormon kelamin betina seperti estrogen dan progesteron, oleh karena itu ovarium sering disebut sebagai kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Organ-organ reproduksi sekunder atau saluran reproduksi terdiri dari tuba Fallopii (oviduct), uterus, cervix, vagina dan vulva.  Keseluruhan organ reproduksi tersebut di atas terletak di dalam rongga abdomen, tepatnya di ventral rektum dan dorsal dari vesica urinaria, secara kompleks organ-organ tersebut bekerja fungsional untuk menjalankan aktivitas-aktivitas reproduksi.
Ovarium dan uterus adalah organ terpenting pada reproduksi hewan betina.  Ketika fungsi ovarium dan uterus tidak lagi diinginkan maka dapat dilakukan pembuangan atau pengangkatan ovarium dan uterus yang disebut ovariohisterectomi. Jika hanya ovarium yang dibuang maka disebut ovariectomi sedangkan jika uterus yang diangkat maka disebut histerectomi. Dalam keadaan tertentu ovariohisterectomi dipandang sebagai suatu terapi. Hal ini berhubungan dengan beberapa perubahan secara patologi terhadap fungsi organ-organ tersebut. Beberapa diantaranya seperti pada beberapa kasus penyakit seperti tumor uterus, tumor ovarium, kista ovarium, pyometra, maserasi atau endometritis kronis yang biasanya dilakukan pada hewan kesayangan. Tujuan ovariohisterectomi selain terapi terhadap penyakit yakni untuk menghilangkan keinginan seksual dari hewan kesayangan sehingga tidak minta dikawinkan dan tidak dapat memiliki keturunan lagi.
Ovarium berfungsi sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Sebagai kelenjar eksokrin, ovarium bertanggung jawab dalam menghasilkan ovum (jamak=ova), sedangkan sebagai kelenjar endokrin ovarium berfungsi menghasilkan hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron dimana hormon-hormon tersebut memiliki fungsinya masing-masing dalam proses reproduksi. Uterus berfungsi sebagai media bagi embrio preimplantasi dan menyediakan lingkungan yang baik bagi perkembangan embrio. Uterus juga berfungsi sebagai stadium pertama ekspulsi pada saat partus.Pada praktikum ini akan dilakukan operasi ovariohisterectomi pada kucing betina.

TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara operasi ovariohisterectomi dengan baik dan benar. Tujuan praktikum ini juga untuk mengetahui fungsi ovariohisterektomi dan diharapkan dapat menambah keterampilan mahasiswa dalam melakukan tindakan bedah terutama dalam ovariohisterectomi.

TINJAUAN PUSTAKA
Ovariohisterektomi biasanya dilakukan pada hewan domestikasi atau hewan peliharaan dan bukan pada hewan ternak. Operasi ovariohisterektomi pada hewan domestikasi dilakukan untuk menghindari reproduksi yang tidak terkontrol dan tidak diharapkan. Pada kasus kali ini, ovariohisterektomi dilakukan sebagai terapi pyometra.
Ovariohisterectomi memiliki banyak nama lain, diantaranya yaitu : spay, femal neutering, sterilization, fixing, desexing, ovary and uterine ablation, dan pengangkatan uterus (O Meara). Ovariohisterectomi merupakan tindakan bedah yang sering dilakukan pada hewan kecil di praktek-praktek hewan (Rice,1996). Berikut adalah anatomi dari ovariohisterectomi (Hosgood,1998). Kedua ovarium berada di caudal ginjal, dengan ovarium kanan berada lebih cranial dan lebih sulit dijangkau.  Ligamentum suspensorium yang arahnya craniodorsal dari ovarium menautkan ovarium dengan dinding tubuh. Ligamentum utama dari ovarium menautkan ovarium dengan uterus. Ligamentum yang cukup kuat ini, nantinya akan di jepit dengan tang arteri. Arteri dan vena pada ovarium sangat rapuh dan mudah pecah.Tertetak pada bagian dorsal dari ovarium. Pada hewan tua, arteri dan vena tersebut kadangditutupi oleh lemak. Ligamentum sekitar menautkan ovarium dengan dorsolateral tubuh. Pada ovariohisterectomi dilakukan teknik bedah laparotomi medianusposterior. Penyayatan kulit dilakukan pada bagian caudal umbilical. Pada anjing,penyayatan dilakukan lebih ke cranial, karenabadan uterus terletak lebih cranialapabila dibandingkan dengan kucing (Hosgood,1998).
Selain tujuan atau kegunaan dilakukan operasi ovariohisterectomi, jenis operasi ini juga mempunyai kelemahan atau kerugian. Adapun kerugian dari dilakukannya ovariohisterectomy antara lain:
·         Obesitas         
·         Hilangnya potensi breed dan nilai genetic. Setelah dilakukan ovariohisterectomi, terdapat beberapa komplikasi yang mungkin akan terjadi, diantaranya yaitu (Saunders,2003):
·         Pendarahan (hemoragi). Hemoragi dilaporkan sebagai kausa kematian paling umum setelah ovariohisterectomi (Pearson,1973). Pendarahan dapatdisebabkan karena pembuluh ovarium yang rupture ketika ligamentumsuspensorium ditarik (diregangkan).
·         Ovariant remnant syndrome. Sindroma ini menyebabkan hewan tetap estrus pasca ovariohisterectomi (Osborne,1979). Hal ini disebabkan karenapengambilan ovarium yang tidak sempurna (tuntas).
·         Uterine stump pyometra, inflamasi dan granuloma.
·         Fistula pada traktus reproduksi. Fistula tersebut berkembang dari adanya
respon inflamasi terhadap material operasi (benang).
·         Urinary incontinence.Merupakan kejadian tidak dapat mengatur spincter
vesica urinary. Hal ini dapat terjadi karena adanya perlekatan (adhesi) ataugranuloma pangkal uterus (sisa) yang mengganggu fungsi spincter vesicaurinary.

MATERIAL DAN METODE
A.    Bahan
            Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum bedah kali ini adalah desinfektan (alkohol 70% dan iodium tinctur 3%), preanastesi (atropin sulfat 0,25 mg/ml dosis 0,025 mg/kg BB), sedativa (xylazin HCl 2% dosis 2 mg/kg BB), anastetik (ketamin 10% dosis 10 mg/kg BB),  amoxicillin 125 mg/5 cc, penicillin dan oxytetracyclin.
B.     Alat
            Peralatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah timbangan, termometer, stetoskop, pinset, penunjuk waktu (stop watch/jam tangan), spoit 1 ml, spoit 3 ml, kapas, tali pengikat (sumbu kompor), duk, perlengkapan operator dan asisten (sarung tangan/glove, baju operasi, handuk kecil, sikat tangan, tutup kepala, dan masker), peralatan operasi bedah minor (towel clamp, needle holder, tang arteri lurus cyrorgis, tang arteri bengkok anatomis, tang arteri lurus anatomis, gunting, ganggang scalpel dan blade, pinset anatomis dan cyrorgis), tampon, jarum penampang segitiga, jarum berpenampang bulat, benang cromic 3/0,  benang silk, perban, dan gurita.

C.    Metode
1.      Preparasi Perlengkapan Operator dan Asisten
            Perlengkapan operator dan asisten disiapkan satu hari sebelum operasi. Perlengkapan operator dan asisten yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan disusun dari paling bawah hingga paling atas adalah sarung tangan, baju operasi, handuk kecil, sikat tangan, tutup kepala, dan masker. Sarung tangan dan sikat terlebih dahulu dibungkus dengan kertas sebelum disusun. Baju operasi dilipat sedemikian rupa sehingga bagian yang langsung bersinggungan dengan pasien berada di dalam. Setelah disusun, perlengkapan dibungkus menggunakan dua lapis kain muslin/nonwoven. Kemudian perlengkapan operator dan asisten tersebut disterilisasi menggunakan oven dengan suhu 600C selama 30 menit.
2.      Preparasi alat
            Peralatan operasi yang telah dibersihkan dan dikeringkan disusun pada kotak sesuai dengan urutan penggunaannya, yaitu dari urutan yang paling bawah hingga atas adalah 1 needle holder, 2 tang arteri lurus cyrurgis, 2 tang arteri bengkok anatomis, 4 tang arteri lurus anatomis, 3 gunting, 1 ganggang scalpel dan blade, 2 pinset anatomis dan cyrurgis, dan 4 towel clamp. Kemudian dibungkus dengan dua lapis kain muslin/nonwoven dan disterilisasi oven dengan suhu 1210C selama 30 menit.
3.      Preparasi Hewan
Hewan yang digunakan pada praktikum ovariohisterectomiadalah kucing betina. Sebelumnya hewan dipuasakan selama 24 jam sebelum operasi. Sebelum dilakukan operasi diperhatikan/diperiksa signalemen, status present, keadaan kulit, rambut,dan kelenjar pertahanan agar diketahui hewan layak dioperasi atau tidak.
·         Signalement:
-          Nama  Hewan             : Shatmih alias Shandy Hitam Putih
-          Jenis  hewan                : Kucing
-          Bangsa                                    : Kampung
-          Umur                           : ± 5 bulan
-          Jenis kelamin               : Betina
-          Bobot badan               : 1.8 kg
-          Warna                          : Hitam putih
-          Ciri khas                      : -
-          Pemilik                        : Shandy Maha Putra
-          Alamat                                    : Kosan di Bawah Bank Syariah Mandiri Darmaga
·         Status present:
-          Keadaan gizi               : Baik
-          Frekuensi nafas           : 32 x/menit
-          Frekuensi jantung        :164 x/menit
-          Temperatur                  : 37.8 oC
-          Tempramen                 : Jinak
-          Turgor kulit                 : Baik
-          Mukosa                       : Rose
4.      Persiapan Obat-Obatan
-          Premedikasi diberikan secarasubcutan.
-          Induksi  diberikan intramuscular.
-          Induksi  diberikan intramuscular.
Pemberian ketamine dan xylazine bersamaan 10 menit setelah pemberian premedikasi atropine. Antibiotik oxitetrasiklin diberikan pascaoperasi selesai secara intramuscular dengan dosis sebagai berikut:
Selain itu, pascaoperasi juga diberikan antibiotik amoxicillin dengan rute pemberian per oral sejumlah 1.44 ml setiap pagi dan sore hari selama 5 hari mulai hari ke-1 pascaoperasi. Tujuan pemberian antibiotik ini adalah mencegah terjadinya infeksi pada kucing setelah operasi.
.
5.      Persiapan Operator dan Asisten
Operator dan asisten sebelum melakukan operasi harus dalam keadaan steril dan menggunakan perlengkapan yang sudah disterilisasi. Operator dan asisten memakai tutup kepala dan masker. Kemudian mencuci tangan menggunakan sabun serta menyikat jari-jari kedua tangan dan setengah bagian lengan. Setelah itu tangan dibilas sebanyak 10-15 kali dengan air dengan arah dari ujung jari hingga lengan serta mengeringkannya dengan handuk. Kemudian operator dan asisten memakai baju bedah danglove. Operator dan asisten siap melakukan operasi.
6.      Tahapan Operasi
            Kucing yang kan dioperasi dihilangkan kesadarannya terlebih dahulu dengan menggunakan campuran/kombinasi obat bius xylazine 2% dan ketamine HCl 10% dengan dosis 2mg/kg BB dan 10 mg/kg BB dan diberikan secara  intramuscular. Sebelumnya kucing diberi atropin sebagai premedikasi sebanyak 0,025 mg/kgBB secara subcutan.Setelah Kucing hilang kesadaran,area operasi harus dicukur dan dibersihkan terlebih dahuludengan alkohol 70% lalu diolesi dengan iodium tinctur atau betadine. Setelah itu kucing diterlentangkan di atas meja operasi dan keempat kakinya diikat dengan menggunakan simpul tomfool lalu duk dipasang pada bagian abdomen dan difiksasi dengan towel clamp hingga yang terlihat hanya daerah orientasi operasi.
            Penyayatan dilakukan menggunakan laparotomi medianus posterior pada daerah linea alba, ± 1 cm posterior umbilikal di bagian kulit abdomen.Pada saat penyayatan, sayatan dibuat lurus dan tidak terputus-putus dan dilakukan secara kontinyu dengan scalpel. Setelah ditemukan linea alba, maka linea alba harus difiksir terlebih dahulu agar sayatan tepat di atasnya dan tidak menimbulkan terjadinya pendarahan. Setelah linea alba disayat, maka akan ditemukan peritoneum dan omentum. Setelah omentum disingkirkan, uterus dan ovarium dicari dengan hati-hati dengan menggunakan jari.
            Uterus dan ovarium diisolasi dari rongga abdomen, kemudian di sobek bagian penggantungnya. Ovarium kanan kemudian difiksir menggunakan 2 tang arteri dan dilakaukan pengikatan pada arteri ovarian sebanyak 2 kali untuk menghindari pendarahan. Hal yang sama dilakukan pada ovarium kiri. Setelah kedua ovarium dan cornua uterus terbebas, maka dilakukan pengikatan pada bifurcatio sebanyak 2 kali kemudian dilakukan pemotongan. Setelah selesai melakukan pemotongan, uterus dan cervix dikembalikan ke dalam rongga abdomen dan disemprotkan penicillin 50.000 IU. Kemudian dilakukan penjahitan pada lapisan peritoneum dan linea alba dengan menggunakan jarum berpenampang bulat dan benang cat gut 3/0 dengan tipe jahitan sederhana. Lapisan lemak dalam hal ini juga dijahit tersendiri karena lapisan lemaknya sangat tebal menggunakan jarum berpenampang bulat dan benang cat gut 3/0 dengan tipe jahitan sederhana. Selanjutnya lapisan kutis-sub kutis dijahit dengan menggunakan jarum berpenampang segitiga dan benang silk dengan tipe jahitan sederhana. Selesai penjahitan, bekas sayatan dioleskan betadine dan dibalut dengan kain kassa dan plester serta dikuatkan dengan gurita untuk mengurangi beban tubuh kucing pada bagian jahitan. Terakhir, hewan disuntikkan dengan antibiotik oxytetracyclin.

HASIL dan PEMBAHASAN
HASIL
Tabel 1. Hasil pengamatan frekuensi jantung, frekuensi nafas, temperatur, CRT, tonus otot, dan mukosa pada saat operasi
Status
Menit ke-
0
30
45
60
75
90
Frek. Jantung (x/menit)
164
140
168
104
192
184
Frek. Nafas (x/menit)
32
16
32
24
36
36
Suhu (0 C)
37,8
37,7
36,9
36,3
35,8
34,4
CRT (detik)
1
1
1
2
2
2
Mukosa
( + pink, - pucat)
+
-
-
-
-
-
Tonus Otot
+
+
+
++
++
++
Maintenance
-
Ketamin dan Zylazin 0,09 ml
Ketamin dan Zylazin0,09 ml
-
Ketamin dan Zylazin 0,05 ml
Ketamin dan Zylazin0,05 ml




s
Gambar 1. Pengamatan kondisi fisiologis kucing selama operasi


Gambar 1. Hasil Pengamatan Kondisi Fisiologis Kucing Selama Operasi

Tabel 2. Data hasil monitoring hewan post operasi
Parameter
Hari
1
2
3
Frekuensi jantung  (x/menit)
Pagi: 92
Sore:104
Pagi: 100
Sore:108
Pagi: 104
Sore:110
Frek.Nafas (x/menit)
Pagi: 32
Sore: 28
Pagi: 28
Sore: 20
Pagi: 24
Sore: 28
Suhu (oC)
Pagi: 39,2
Sore: 38,6
Pagi: 38,3
Sore: 39,1
Pagi: 38,1
Sore: 38,8
Nafsu Makan (+/-)
-
+
+
Minum (+/-)
-
+
+
Defekasi
-
+
+
Urinasi (+/-)
-
+
+
PEMBAHASAN
Pre Operasi
Salah satu persiapan yang harus dilakukan sebelum operasi dilaksanakan adalah preparasi hewan. Hewan yang akan dioperasi harus diperiksa status kesehatannya untuk mengetahui layak tidaknya bila digunakan sebagai hewan model pada operasi yang akan dilakukan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan kondisi kesehatan hewan menjadi bertambah buruk, karena dalam operasi, ada persyaratan yang harus dipenuhi atau sesuai. Persiapan hewan sebelum operasi dimulai dengan melakukan pemeriksaan fisik (physical examination) yang meliputi pemeriksaan  suhu (oC), frekuensi nafas (kali/menit), pulsus (kali/menit), berat badan (kg), selaput mukosa, dan diameter pupil (cm) serta pemeriksaan limfonodus bila diperlukan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah evaluasi hasil monitoring hewan saat di lakukan operasi. Setelah pemeriksaan kesehatan sudah dilakukan maka hewan dipuasakan selama ± 12 jam sebelum tindakan operatif dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya muntah, urinasi ataupun defekasi saat operasi berlangsung. Nilai fisiologis normal pada kucing dapat dilihat pada tabel berikut:
Keadaan Fisiologis
Nilai Fisiologis
Temperatur
Frekuensi Jantung
Frekuensi Pernafasan
38-39,50C
110-130 kali permenit
16-30 kali permenit
Sumber : Nortworthy, 2003
Kucing terlebih dahulu ditimbang berat badannya untuk menentukan dosis berbagai sediaan obat yang akan diberikan pada saat pre operasi, operasi dan post operasi.  Tindakan operatif pada hewan membutuhkan restrain dan handling yang tepat dalam pengendalian hewan. Dalam hal ini dibutuhkan chemical restrain, yaitu mengendalikan hewan dengan cara mengurangi/menghilangkan kesadaran hewan dengan menggunakan bahan kimia. Sediaan tersebut dapat berupa transquilizer, sedative, maupun anastetikum. Pemberian sediaan ini harus disesuaikan dengan jenis dan berat badan hewan, karena dosis sediaan untuk setiap jenis hewan berbeda-beda.
Operator dan asisten harus mengenakan pakaian dan perlengkapan yang telah disterilisasi sebelumnya. Hal ini sangat penting untuk mengurangi terjadinya kontaminasi silang dari operator dan asisten ke daerah steril di meja operasi.  Langkah-langkah yang harus dilakukan operator dan asisten I adalah mencuci tangan sebelum mengenakan  tutup kepala dan masker, kemudian mencuci tangan dengan sabun dan sikat. Pencucian dilakukan dari ujung jari sampai ke bagian siku selama kurang lebih 5 menit, karena menurut Davidson dan Burba (2005) waktu tersebut merupakan lama waktu kontak yang efektif antara sabun dan kulit untuk membunuh mikroba yang menempel di permukaan kulit. Tangan kemudian dibilas dengan air mengalir sebanyak 10 kali. Setelah itu, tangan dilap hingga kering dengan menggunakan handuk yang telah disterilisasi sebelumnya. Operator dan asisten I kemudian memakai baju operasi (jas lab) dan sarung tangan. Setelah itu assisten 1 menyiapkan alat-alat bedah dimeja. Setelah semua prosedur persiapan tersebut dilalui secara aseptis, proses operasi dapat dilakukan.

Operasi
Setelah kucing teranestesi, keempat kakinya difiksir menggunakan simpul tomfool ke meja operasi. Duk dipasang pada hewan hingga yang terlihat hanya daerah orientasi operasi. Duk difiksasi dengan menggunakan towel clamp pada keempat sisinya. Penyayatan dilakukan menggunakan laparotomi medianus posterior pada daerah linea alba, ± 1 cm posterior umbilikal. Penyayatan pertama dilakukan pada lapisan kulit terluar. Pada saat penyayatan, sayatan dibuat lurus dan tidak terputus-putus (seminimal mungkin). Sayatan juga dilakukan secara kontinyu dengan scalpel. Pisahkan fascia dan lapisan lemak. Setelah ditemukan linea alba, maka linea alba harus difiksir terlebih dahulu dengan menggunakan towel clamp agar sayatan tepat di atasnya, sehingga tidak menimbulkan adanya pendarahan. Setelah linea alba disayat, maka akan ditemukan peritoneum dan omentum. Setelah omentum disingkirkan, uterus dan ovarium dicari dengan hati-hati dengan menggunakan jari.
Uterus dan ovarium diisolasi dari rongga abdomen, kemudian di sobek bagian penggantungnya.Hal ini bertujuan untuk memudahkan pengikatan dan pemotongan pada ovarium maupun uterus. Ovarium kanan kemudian difiksir menggunakan 2 tang arteri dan dilakaukan pengikatan pada arteri ovarian sebanyak 2 kali untuk menghindari pendarahan. Hal yang sama dilakukan pada ovarium kiri. Setelah kedua ovarium dan cornua uterus terbebas, maka dilakukan pengikatan pada bifurcatio sebanyak 2 kali kemudian dilakukan pemotongan. Setelah selesai melakukan pemotongan, uterus dan cervix dikembalikan ke dalam rongga abdomen dan disemprotkan penicillin 50.000 IU. Kemudian dilakukan penjahitan pada lapisan peritoneum dan linea alba dengan menggunakan jarum berpenampang bulat dan benang cat gut 3/0 dengan tipe jahitan sederhana. Lapisan lemak dalam hal ini juga dijahit tersendiri karena lapisan lemaknya sangat tebal menggunakan jarum berpenampang bulat dan benang cat gut 3/0 dengan tipe jahitan sederhana. Selanjutnya lapisan kutis-sub kutis dijahit dengan menggunakan jarum berpenampang segitiga dan benang silk dengan tipe jahitan sederhana untuk memudahkan pembukaan jahitan. Selesai penjahitan, bekas sayatan dioleskan betadine dan dibalut dengan kain kassa dan plester serta dikuatkan dengan gurita untuk mengurangi beban tubuh kucing pada bagian jahitan. Terakhir, hewan disuntikkan dengan antibiotik oxytetracyclin.
Selama proses operasi berlangsung, dilakukan pula pengamatan terhadap frekuensi nafas, jantung, suhu, CRT, mukosa, tonus otot. Pada menit ke 0 frekuensi nafas kucing 32 kali/menit, frekuensi jantung 164 kali/menit, suhu 37,8oC, CRT 1, mukosa berwarna merah muda (+), dan tonus otot +. Terjadi penurunan  frekuensi nafas dan frekuensi jantung yang cukup signifikan pada menit ke-30 menjadi 16 kali/menit dan 140 kali/menit, suhu 36.7oC, CRT 1, mukosa menjadi pucat lebih pucat karena pengaruh pembiusan. Penurunan frekuensi nafas yang cukup tinggi terjadi pada menit 60 setelah operasi berjalan. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh pemberian maintenance pada menit 30 dan 45 yang menyebabkan jantung menjadi lebih lambat. Maintenance dilakukan berulang kali karena kondisi individu kucing yang sehat, durasi anastesi menjadi singkat. Keadaan kucing mendekati normal kembali pada menit ke-90 namun dengan suhu yang agak menurun sehingga diberikan penghangat manual. Kucing diberikan maintenance pada menit yang sama dengan dosis ¼ dosis dari dosis awal agar operasi yang berlangsung selama 95 menit ini berjalan dengan baik.

Post Operasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat post operasi adalah monitoring kesehatan hewan, pemberian antibiotik topikal dan general, perawatan luka, kebersihan kandang, serta pemberian makan dan minum sampai proses pembukaan jahitan. Monitoring kesehatan post operasi dilakukan selama satu minggu yang meliputi pemeriksaan fisiologis terhadap suhu rectal (oC), denyut jantung (kali/menit), frekuensi nafas (kali/menit), aktivitas, nafsu makan, defekasi, dan urinasi. Hal yang perlu diperhatikan pada saat perawataan luka adalah adanya pendarahan atau peradangan yang ditandai dengan kemerahan, panas, dan bengkak. Sanitasi kandang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada luka jahitan. Pembukaan jahitan dapat dilakukan pada hari  7-10 post operasi jika dapat dipastikan bahwa luka sudah menutup dan jahitan tersebut sudah kering.

KESIMPULAN
Ovariohisterectomy dilakukan sebagai salah satu tehnik terapi pada beberapa kasus penyakit seperti tumor uterus, tumor ovarium, kista ovarium, pyometra, maserasi atau endometritis. Selain terapi terhadap penyakit, ovariohisterectomy juga dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan keinginanseksual sehingga tidak minta dikawinkan dan tidak dapat memiliki keturunan lagi.

SARAN
Kerjasama antar operator dan asisten perlu ditingkatkan agar operasi dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Hosgood, G dan Johnny D.H. 1998. Small Animal Paediatric Medicine and Surgery. London : Reed Educational and Professional Publishing Ltd.
Jacqueline R. Davidson and Daniel J. Burba. 2005. Surgical and Medical Nursing. Di dalam : Mc Curnin DM and Bassert JM, editor. Clinical Textbook for Veterinary Technicians. Ed. Ke-6. USA : Elsevier Saunders.
Northsworthy G. 2003. The Feline Patient. USA : Lippincott Williams and Wilkins.
O Meara, Shauna. Spaying Cats A Complete Veterinary Guide to Feline Spay Surgery. http://www.pet-informed-veterinary-adviceonline.com/index.html.
Osborne dan Polzin D.J. 1979. Canine Estrogen-Responsive Incontinance.
Pearson. 1973. The Complication of Ovariohysterectomy in the Bitch. Jurnal Small aminal Prctices 14:257.
Rice, Dan. 1996. The Complete Book of Dog Breeding. China : Barrons Educational Series.
Saunders. 2003.Text Book Of Small Animal Surgey. Philadelpia : The Curtis Center Independence square west.
Sessler DI. 2007. Lower Body Temperatures Increase Blood Loss during Surgery. http://www.healthjockey.com/2007/12/28/lower-body-temperatures increase-blood-loss-during-surgery/. (26 April2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar