LABORATORIUM BEDAH
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG
Organ reproduksi pada hewan betina secara umum terdiri atas organ
reproduksi primer dan organ reproduksi sekunder. Ovarium merupakan organ
reproduksi primer betina yang berfungsi menghasilkan ovum dan hormon-hormon
kelamin betina seperti estrogen dan progesteron, oleh karena itu ovarium sering
disebut sebagai kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Organ-organ reproduksi
sekunder atau saluran reproduksi terdiri dari tuba Fallopii (oviduct), uterus,
cervix, vagina dan vulva. Keseluruhan
organ reproduksi tersebut di atas terletak di dalam rongga abdomen, tepatnya di
ventral rektum dan dorsal dari vesica urinaria, secara kompleks organ-organ
tersebut bekerja fungsional untuk menjalankan aktivitas-aktivitas reproduksi.
Ovarium dan uterus adalah organ terpenting pada reproduksi hewan
betina. Ketika fungsi ovarium dan uterus
tidak lagi diinginkan maka dapat dilakukan pembuangan atau pengangkatan ovarium
dan uterus yang disebut ovariohisterectomi. Jika hanya ovarium yang dibuang
maka disebut ovariectomi sedangkan jika uterus yang diangkat maka disebut
histerectomi. Dalam keadaan tertentu ovariohisterectomi dipandang sebagai suatu
terapi. Hal ini berhubungan dengan beberapa perubahan secara patologi terhadap
fungsi organ-organ tersebut. Beberapa diantaranya seperti pada beberapa kasus
penyakit seperti tumor uterus, tumor ovarium, kista ovarium, pyometra, maserasi
atau endometritis kronis yang biasanya dilakukan pada hewan kesayangan. Tujuan
ovariohisterectomi selain terapi terhadap penyakit yakni untuk menghilangkan
keinginan seksual dari hewan kesayangan sehingga tidak minta dikawinkan dan
tidak dapat memiliki keturunan lagi.
Ovarium berfungsi sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Sebagai
kelenjar eksokrin, ovarium bertanggung jawab dalam menghasilkan ovum
(jamak=ova), sedangkan sebagai kelenjar endokrin ovarium berfungsi menghasilkan
hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron dimana hormon-hormon
tersebut memiliki fungsinya masing-masing dalam proses reproduksi. Uterus berfungsi
sebagai media bagi embrio preimplantasi dan menyediakan lingkungan yang baik
bagi perkembangan embrio. Uterus juga berfungsi sebagai stadium pertama
ekspulsi pada saat partus.Pada praktikum ini akan dilakukan operasi
ovariohisterectomi pada kucing betina.
TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara operasi
ovariohisterectomi dengan baik dan benar. Tujuan praktikum ini juga untuk mengetahui
fungsi ovariohisterektomi dan diharapkan dapat menambah keterampilan mahasiswa
dalam melakukan tindakan bedah terutama dalam ovariohisterectomi.
TINJAUAN PUSTAKA
Ovariohisterektomi
biasanya dilakukan pada hewan domestikasi atau hewan peliharaan dan bukan pada
hewan ternak. Operasi
ovariohisterektomi pada hewan domestikasi dilakukan untuk menghindari
reproduksi yang tidak terkontrol dan tidak diharapkan. Pada kasus kali ini,
ovariohisterektomi dilakukan sebagai terapi pyometra.
Ovariohisterectomi memiliki banyak
nama lain, diantaranya yaitu : spay,
femal neutering, sterilization, fixing, desexing, ovary and uterine ablation, dan
pengangkatan uterus (O Meara). Ovariohisterectomi merupakan tindakan bedah yang sering dilakukan pada hewan kecil
di praktek-praktek hewan (Rice,1996). Berikut adalah
anatomi dari ovariohisterectomi (Hosgood,1998).
Kedua ovarium berada di caudal ginjal,
dengan ovarium kanan berada lebih cranial dan lebih sulit dijangkau. Ligamentum suspensorium yang arahnya
craniodorsal dari ovarium menautkan ovarium dengan dinding tubuh. Ligamentum
utama dari ovarium menautkan ovarium dengan uterus. Ligamentum yang cukup kuat
ini, nantinya akan di jepit dengan tang arteri. Arteri dan vena pada ovarium
sangat rapuh dan mudah pecah.Tertetak pada bagian dorsal dari ovarium. Pada hewan
tua, arteri dan vena tersebut kadangditutupi oleh lemak. Ligamentum sekitar
menautkan ovarium dengan dorsolateral tubuh. Pada ovariohisterectomi dilakukan teknik bedah laparotomi medianusposterior. Penyayatan kulit
dilakukan pada bagian caudal umbilical. Pada anjing,penyayatan
dilakukan lebih ke cranial, karenabadan uterus terletak lebih cranialapabila
dibandingkan dengan kucing (Hosgood,1998).
Selain tujuan atau kegunaan dilakukan
operasi ovariohisterectomi, jenis operasi ini
juga mempunyai kelemahan atau kerugian. Adapun kerugian dari dilakukannya ovariohisterectomy
antara lain:
·
Obesitas
·
Hilangnya potensi
breed dan nilai genetic. Setelah dilakukan ovariohisterectomi, terdapat beberapa komplikasi yang
mungkin akan terjadi, diantaranya yaitu (Saunders,2003):
·
Pendarahan (hemoragi). Hemoragi dilaporkan sebagai kausa kematian paling
umum setelah ovariohisterectomi (Pearson,1973). Pendarahan dapatdisebabkan
karena pembuluh ovarium yang rupture ketika ligamentumsuspensorium ditarik
(diregangkan).
·
Ovariant remnant syndrome. Sindroma ini
menyebabkan hewan tetap estrus pasca ovariohisterectomi (Osborne,1979). Hal ini
disebabkan karenapengambilan ovarium yang tidak sempurna
(tuntas).
·
Uterine stump pyometra, inflamasi dan granuloma.
·
Fistula pada traktus reproduksi. Fistula tersebut berkembang dari adanya
respon inflamasi terhadap material
operasi (benang).
·
Urinary incontinence.Merupakan kejadian tidak dapat mengatur spincter
vesica
urinary. Hal ini
dapat terjadi karena adanya perlekatan (adhesi) ataugranuloma pangkal uterus
(sisa) yang mengganggu fungsi spincter vesicaurinary.
MATERIAL DAN METODE
A.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada
praktikum bedah kali ini adalah desinfektan (alkohol 70% dan iodium tinctur
3%), preanastesi (atropin sulfat 0,25 mg/ml dosis 0,025 mg/kg BB), sedativa
(xylazin HCl 2% dosis 2 mg/kg BB), anastetik (ketamin 10% dosis 10 mg/kg BB), amoxicillin 125 mg/5 cc, penicillin dan
oxytetracyclin.
B.
Alat
Peralatan yang
digunakan pada praktikum kali ini adalah timbangan, termometer, stetoskop,
pinset, penunjuk waktu (stop watch/jam tangan), spoit 1 ml, spoit 3 ml, kapas,
tali pengikat (sumbu kompor), duk, perlengkapan operator dan asisten (sarung
tangan/glove, baju operasi, handuk kecil, sikat tangan, tutup kepala, dan
masker), peralatan operasi bedah minor (towel clamp, needle holder, tang arteri
lurus cyrorgis, tang arteri bengkok anatomis, tang arteri lurus anatomis,
gunting, ganggang scalpel dan blade, pinset anatomis dan cyrorgis), tampon,
jarum penampang segitiga, jarum berpenampang bulat, benang cromic 3/0, benang silk, perban, dan gurita.
C.
Metode
1.
Preparasi Perlengkapan Operator dan Asisten
Perlengkapan
operator dan asisten disiapkan satu hari sebelum operasi. Perlengkapan operator
dan asisten yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan disusun dari paling bawah
hingga paling atas adalah sarung tangan, baju operasi, handuk kecil, sikat
tangan, tutup kepala, dan masker. Sarung tangan dan sikat terlebih dahulu
dibungkus dengan kertas sebelum disusun. Baju operasi dilipat sedemikian rupa
sehingga bagian yang langsung bersinggungan dengan pasien berada di dalam.
Setelah disusun, perlengkapan dibungkus menggunakan dua lapis kain
muslin/nonwoven. Kemudian perlengkapan operator dan asisten tersebut
disterilisasi menggunakan oven dengan suhu 600C selama 30 menit.
2.
Preparasi alat
Peralatan operasi yang telah dibersihkan dan dikeringkan
disusun pada kotak sesuai dengan urutan penggunaannya, yaitu dari urutan yang
paling bawah hingga atas adalah 1 needle holder, 2 tang arteri lurus cyrurgis,
2 tang arteri bengkok anatomis, 4 tang arteri lurus anatomis, 3 gunting, 1
ganggang scalpel dan blade, 2 pinset anatomis dan cyrurgis, dan 4 towel clamp. Kemudian dibungkus dengan dua
lapis kain muslin/nonwoven dan disterilisasi oven dengan suhu 1210C
selama 30 menit.
3.
Preparasi Hewan
Hewan yang digunakan pada
praktikum ovariohisterectomiadalah kucing betina. Sebelumnya hewan dipuasakan
selama 24 jam sebelum operasi. Sebelum dilakukan operasi diperhatikan/diperiksa
signalemen, status present, keadaan kulit, rambut,dan kelenjar pertahanan agar
diketahui hewan layak dioperasi atau tidak.
·
Signalement:
-
Nama Hewan :
Shatmih alias Shandy Hitam Putih
-
Jenis hewan :
Kucing
-
Bangsa : Kampung
-
Umur : ± 5 bulan
-
Jenis kelamin : Betina
-
Bobot badan : 1.8 kg
-
Warna : Hitam putih
-
Ciri khas : -
-
Pemilik : Shandy Maha Putra
-
Alamat : Kosan di Bawah Bank Syariah
Mandiri Darmaga
·
Status present:
-
Keadaan gizi : Baik
-
Frekuensi nafas : 32 x/menit
-
Frekuensi jantung :164 x/menit
-
Temperatur : 37.8 oC
-
Tempramen : Jinak
-
Turgor kulit : Baik
-
Mukosa : Rose
4.
Persiapan Obat-Obatan
-
Premedikasi
diberikan secarasubcutan.

-
Induksi
diberikan intramuscular.

-
Induksi
diberikan intramuscular.

Pemberian ketamine dan xylazine bersamaan 10 menit setelah pemberian
premedikasi atropine. Antibiotik oxitetrasiklin diberikan pascaoperasi selesai
secara intramuscular dengan dosis sebagai berikut:

Selain itu, pascaoperasi juga diberikan antibiotik amoxicillin dengan
rute pemberian per oral sejumlah 1.44 ml setiap pagi dan sore hari selama 5
hari mulai hari ke-1 pascaoperasi. Tujuan pemberian antibiotik ini adalah
mencegah terjadinya infeksi pada kucing setelah operasi.

5.
Persiapan Operator dan Asisten
Operator dan asisten sebelum
melakukan operasi harus dalam keadaan steril dan menggunakan perlengkapan yang
sudah disterilisasi. Operator dan asisten memakai tutup kepala dan masker.
Kemudian mencuci tangan menggunakan sabun serta menyikat jari-jari kedua tangan
dan setengah bagian lengan. Setelah itu tangan dibilas sebanyak 10-15 kali
dengan air dengan arah dari ujung jari hingga lengan serta mengeringkannya
dengan handuk. Kemudian operator dan asisten memakai baju bedah danglove.
Operator dan asisten siap melakukan operasi.
6.
Tahapan Operasi
Kucing yang kan dioperasi
dihilangkan kesadarannya terlebih dahulu dengan menggunakan campuran/kombinasi obat bius xylazine 2%
dan ketamine HCl 10% dengan dosis 2mg/kg BB dan 10 mg/kg BB dan diberikan secara intramuscular. Sebelumnya kucing diberi
atropin sebagai premedikasi sebanyak 0,025 mg/kgBB secara subcutan.Setelah Kucing hilang kesadaran,area
operasi harus dicukur dan dibersihkan terlebih dahuludengan alkohol 70% lalu diolesi
dengan iodium tinctur atau betadine. Setelah itu kucing diterlentangkan di atas
meja operasi dan keempat kakinya diikat dengan menggunakan simpul tomfool lalu
duk dipasang pada bagian abdomen dan difiksasi dengan towel clamp hingga yang
terlihat hanya daerah orientasi operasi.
Penyayatan
dilakukan menggunakan laparotomi medianus posterior pada daerah linea alba, ± 1
cm posterior umbilikal di bagian kulit abdomen.Pada saat penyayatan,
sayatan dibuat lurus dan tidak terputus-putus dan dilakukan secara kontinyu
dengan scalpel. Setelah ditemukan linea alba, maka linea alba harus difiksir terlebih
dahulu agar sayatan tepat di atasnya dan tidak menimbulkan terjadinya pendarahan.
Setelah linea alba disayat, maka akan ditemukan peritoneum dan omentum. Setelah
omentum disingkirkan, uterus dan ovarium dicari dengan hati-hati dengan menggunakan
jari.
Uterus dan ovarium diisolasi dari rongga abdomen,
kemudian di sobek bagian penggantungnya. Ovarium kanan kemudian difiksir
menggunakan 2 tang arteri dan dilakaukan pengikatan pada arteri ovarian
sebanyak 2 kali untuk menghindari pendarahan. Hal yang sama dilakukan pada
ovarium kiri. Setelah kedua ovarium dan cornua uterus terbebas, maka dilakukan
pengikatan pada bifurcatio sebanyak 2 kali kemudian dilakukan pemotongan.
Setelah selesai melakukan pemotongan, uterus dan cervix dikembalikan ke dalam
rongga abdomen dan disemprotkan penicillin 50.000 IU. Kemudian dilakukan
penjahitan pada lapisan peritoneum dan linea alba dengan menggunakan jarum
berpenampang bulat dan benang cat gut 3/0 dengan tipe jahitan sederhana.
Lapisan lemak dalam hal ini juga dijahit tersendiri karena lapisan lemaknya
sangat tebal menggunakan jarum berpenampang bulat dan benang cat gut 3/0 dengan
tipe jahitan sederhana. Selanjutnya lapisan kutis-sub kutis dijahit dengan
menggunakan jarum berpenampang segitiga dan benang silk dengan tipe jahitan
sederhana. Selesai penjahitan, bekas sayatan dioleskan betadine dan dibalut
dengan kain kassa dan plester serta dikuatkan dengan gurita untuk mengurangi
beban tubuh kucing pada bagian jahitan. Terakhir, hewan disuntikkan dengan
antibiotik oxytetracyclin.
HASIL dan PEMBAHASAN
HASIL
Tabel 1. Hasil pengamatan frekuensi jantung,
frekuensi nafas, temperatur, CRT, tonus otot, dan mukosa pada saat operasi
Status
|
Menit ke-
|
|||||
0
|
30
|
45
|
60
|
75
|
90
|
|
Frek. Jantung (x/menit)
|
164
|
140
|
168
|
104
|
192
|
184
|
Frek. Nafas (x/menit)
|
32
|
16
|
32
|
24
|
36
|
36
|
Suhu (0 C)
|
37,8
|
37,7
|
36,9
|
36,3
|
35,8
|
34,4
|
CRT (detik)
|
1
|
1
|
1
|
2
|
2
|
2
|
Mukosa
( + pink, - pucat)
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Tonus Otot
|
+
|
+
|
+
|
++
|
++
|
++
|
Maintenance
|
-
|
Ketamin dan Zylazin 0,09 ml
|
Ketamin dan Zylazin0,09 ml
|
-
|
Ketamin dan Zylazin 0,05 ml
|
Ketamin dan Zylazin0,05 ml
|

s
Gambar 1. Pengamatan kondisi fisiologis kucing
selama operasi
Gambar 1.
Hasil Pengamatan Kondisi Fisiologis Kucing Selama Operasi
Tabel 2. Data hasil monitoring
hewan post operasi
Parameter
|
Hari
|
||
1
|
2
|
3
|
|
Frekuensi jantung (x/menit)
|
Pagi: 92
Sore:104
|
Pagi: 100
Sore:108
|
Pagi: 104
Sore:110
|
Frek.Nafas
(x/menit)
|
Pagi: 32
Sore: 28
|
Pagi: 28
Sore: 20
|
Pagi: 24
Sore: 28
|
Suhu (oC)
|
Pagi: 39,2
Sore: 38,6
|
Pagi: 38,3
Sore: 39,1
|
Pagi: 38,1
Sore: 38,8
|
Nafsu Makan (+/-)
|
-
|
+
|
+
|
Minum (+/-)
|
-
|
+
|
+
|
Defekasi
|
-
|
+
|
+
|
Urinasi (+/-)
|
-
|
+
|
+
|
PEMBAHASAN
Pre Operasi
Salah satu persiapan yang harus dilakukan
sebelum operasi dilaksanakan adalah preparasi hewan. Hewan yang akan dioperasi
harus diperiksa status kesehatannya untuk mengetahui layak tidaknya bila
digunakan sebagai hewan model pada operasi yang akan dilakukan. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk menghindari kemungkinan kondisi kesehatan hewan menjadi
bertambah buruk, karena dalam operasi, ada persyaratan yang harus dipenuhi atau
sesuai. Persiapan hewan sebelum operasi dimulai dengan melakukan pemeriksaan
fisik (physical examination) yang
meliputi pemeriksaan suhu (oC),
frekuensi nafas (kali/menit), pulsus (kali/menit), berat badan (kg), selaput
mukosa, dan diameter pupil (cm) serta pemeriksaan limfonodus bila diperlukan.
Hal ini dilakukan untuk mempermudah evaluasi hasil monitoring hewan saat di
lakukan operasi. Setelah pemeriksaan kesehatan sudah dilakukan maka hewan
dipuasakan selama ± 12 jam sebelum tindakan operatif dilakukan. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya muntah, urinasi ataupun defekasi saat
operasi berlangsung. Nilai fisiologis normal pada kucing dapat dilihat pada
tabel berikut:
Keadaan Fisiologis
|
Nilai Fisiologis
|
Temperatur
Frekuensi Jantung
Frekuensi Pernafasan
|
38-39,50C
110-130 kali permenit
16-30 kali permenit
|
Sumber : Nortworthy, 2003
Kucing terlebih dahulu ditimbang berat
badannya untuk menentukan dosis berbagai sediaan obat yang akan diberikan pada
saat pre operasi, operasi dan post operasi.
Tindakan operatif pada hewan membutuhkan restrain dan handling yang
tepat dalam pengendalian hewan. Dalam hal ini dibutuhkan chemical restrain, yaitu mengendalikan hewan dengan cara
mengurangi/menghilangkan kesadaran hewan dengan menggunakan bahan kimia.
Sediaan tersebut dapat berupa transquilizer, sedative, maupun anastetikum.
Pemberian sediaan ini harus disesuaikan dengan jenis dan berat badan hewan,
karena dosis sediaan untuk setiap jenis hewan berbeda-beda.
Operator dan asisten harus mengenakan pakaian
dan perlengkapan yang telah disterilisasi sebelumnya. Hal ini sangat penting
untuk mengurangi terjadinya kontaminasi silang dari operator dan asisten ke
daerah steril di meja operasi.
Langkah-langkah yang harus dilakukan operator dan asisten I adalah
mencuci tangan sebelum mengenakan tutup
kepala dan masker, kemudian mencuci tangan dengan sabun dan sikat. Pencucian
dilakukan dari ujung jari sampai ke bagian siku selama kurang lebih 5 menit,
karena menurut Davidson dan Burba (2005) waktu tersebut merupakan lama waktu
kontak yang efektif antara sabun dan kulit untuk membunuh mikroba yang menempel
di permukaan kulit. Tangan kemudian dibilas dengan air mengalir sebanyak 10
kali. Setelah itu, tangan dilap hingga kering dengan menggunakan handuk yang telah
disterilisasi sebelumnya. Operator dan asisten I kemudian memakai baju operasi
(jas lab) dan sarung tangan. Setelah itu assisten 1 menyiapkan alat-alat bedah
dimeja. Setelah semua prosedur persiapan tersebut dilalui secara aseptis,
proses operasi dapat dilakukan.
Operasi
Setelah kucing teranestesi, keempat
kakinya difiksir menggunakan simpul tomfool ke meja operasi. Duk dipasang pada
hewan hingga yang terlihat hanya daerah orientasi operasi. Duk difiksasi dengan
menggunakan towel clamp pada keempat sisinya. Penyayatan dilakukan menggunakan laparotomi medianus posterior pada
daerah linea alba, ± 1 cm posterior umbilikal. Penyayatan pertama
dilakukan pada lapisan kulit terluar. Pada saat penyayatan, sayatan dibuat
lurus dan tidak terputus-putus (seminimal mungkin). Sayatan juga dilakukan
secara kontinyu dengan scalpel. Pisahkan fascia dan lapisan lemak. Setelah
ditemukan linea alba, maka linea alba harus difiksir terlebih dahulu dengan
menggunakan towel clamp agar sayatan tepat di atasnya, sehingga tidak
menimbulkan adanya pendarahan. Setelah linea alba disayat, maka akan ditemukan
peritoneum dan omentum. Setelah omentum disingkirkan, uterus dan ovarium dicari
dengan hati-hati dengan menggunakan jari.
Uterus dan ovarium diisolasi dari rongga
abdomen, kemudian di sobek bagian penggantungnya.Hal ini bertujuan untuk
memudahkan pengikatan dan pemotongan pada ovarium maupun uterus. Ovarium kanan
kemudian difiksir menggunakan 2 tang arteri dan dilakaukan pengikatan pada
arteri ovarian sebanyak 2 kali untuk menghindari pendarahan. Hal yang sama
dilakukan pada ovarium kiri. Setelah kedua ovarium dan cornua uterus terbebas,
maka dilakukan pengikatan pada bifurcatio sebanyak 2 kali kemudian dilakukan
pemotongan. Setelah selesai melakukan pemotongan, uterus dan cervix
dikembalikan ke dalam rongga abdomen dan disemprotkan penicillin 50.000 IU.
Kemudian dilakukan penjahitan pada lapisan peritoneum dan linea alba dengan
menggunakan jarum berpenampang bulat dan benang cat gut 3/0 dengan tipe jahitan
sederhana. Lapisan lemak dalam hal ini juga dijahit tersendiri karena lapisan
lemaknya sangat tebal menggunakan jarum berpenampang bulat dan benang cat gut
3/0 dengan tipe jahitan sederhana. Selanjutnya lapisan kutis-sub kutis dijahit
dengan menggunakan jarum berpenampang segitiga dan benang silk dengan tipe
jahitan sederhana untuk memudahkan pembukaan jahitan. Selesai penjahitan, bekas
sayatan dioleskan betadine dan dibalut dengan kain kassa dan plester serta
dikuatkan dengan gurita untuk mengurangi beban tubuh kucing pada bagian
jahitan. Terakhir, hewan disuntikkan dengan antibiotik oxytetracyclin.
Selama proses operasi berlangsung,
dilakukan pula pengamatan terhadap frekuensi nafas, jantung, suhu, CRT, mukosa,
tonus otot. Pada menit ke 0 frekuensi nafas kucing 32 kali/menit, frekuensi
jantung 164 kali/menit, suhu 37,8oC, CRT 1, mukosa berwarna merah
muda (+), dan tonus otot +. Terjadi penurunan
frekuensi nafas dan frekuensi jantung yang cukup signifikan pada menit
ke-30 menjadi 16 kali/menit dan 140 kali/menit, suhu 36.7oC, CRT 1,
mukosa menjadi pucat lebih pucat karena pengaruh pembiusan. Penurunan frekuensi
nafas yang cukup tinggi terjadi pada menit 60 setelah operasi berjalan. Hal
tersebut dapat diakibatkan oleh pemberian maintenance pada menit 30 dan 45 yang
menyebabkan jantung menjadi lebih lambat. Maintenance dilakukan berulang kali
karena kondisi individu kucing yang sehat, durasi anastesi menjadi singkat. Keadaan kucing
mendekati normal kembali pada menit ke-90 namun dengan suhu yang agak menurun
sehingga diberikan penghangat manual. Kucing diberikan maintenance pada menit yang
sama dengan dosis ¼ dosis dari dosis awal agar operasi yang berlangsung selama
95 menit ini berjalan dengan baik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat
post operasi adalah monitoring kesehatan hewan, pemberian antibiotik topikal
dan general, perawatan luka, kebersihan kandang, serta pemberian makan dan
minum sampai proses pembukaan jahitan. Monitoring kesehatan post operasi
dilakukan selama satu minggu yang meliputi pemeriksaan fisiologis terhadap suhu
rectal (oC), denyut jantung (kali/menit), frekuensi nafas
(kali/menit), aktivitas, nafsu makan, defekasi, dan urinasi. Hal yang perlu
diperhatikan pada saat perawataan luka adalah adanya pendarahan atau peradangan
yang ditandai dengan kemerahan, panas, dan bengkak. Sanitasi kandang perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada luka jahitan. Pembukaan
jahitan dapat dilakukan pada hari 7-10
post operasi jika dapat dipastikan bahwa luka sudah menutup dan jahitan tersebut
sudah kering.
KESIMPULAN
Ovariohisterectomy dilakukan sebagai salah satu tehnik terapi pada
beberapa kasus penyakit seperti tumor uterus, tumor ovarium, kista ovarium, pyometra,
maserasi atau endometritis. Selain terapi terhadap penyakit, ovariohisterectomy
juga dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan keinginanseksual sehingga
tidak minta dikawinkan dan tidak dapat memiliki keturunan lagi.
SARAN
Kerjasama
antar operator dan asisten perlu ditingkatkan agar operasi dapat berjalan
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hosgood, G dan Johnny D.H.
1998. Small Animal Paediatric Medicine
and Surgery. London : Reed
Educational and Professional Publishing Ltd.
Jacqueline
R. Davidson and Daniel J. Burba. 2005. Surgical and Medical Nursing. Di dalam :
Mc Curnin DM and Bassert JM, editor. Clinical
Textbook for Veterinary Technicians. Ed. Ke-6. USA : Elsevier Saunders.
Northsworthy
G. 2003. The Feline Patient. USA : Lippincott Williams and Wilkins.
O Meara, Shauna. Spaying
Cats A Complete Veterinary Guide to Feline Spay Surgery. http://www.pet-informed-veterinary-adviceonline.com/index.html.
Osborne
dan Polzin D.J. 1979. Canine
Estrogen-Responsive Incontinance.
Pearson. 1973. The
Complication of Ovariohysterectomy in the Bitch. Jurnal Small aminal Prctices 14:257.
Rice, Dan. 1996. The Complete Book of Dog Breeding. China : Barrons Educational
Series.
Saunders. 2003.Text
Book Of Small Animal Surgey. Philadelpia : The
Curtis Center Independence square west.
Sessler DI. 2007. Lower Body Temperatures Increase Blood Loss during Surgery. http://www.healthjockey.com/2007/12/28/lower-body-temperatures
increase-blood-loss-during-surgery/.
(26 April2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar