SEJARAH KOTA BIMA (Dana mbari)
Bima adalah sebuah kota otonom yang terletak di Pulau Sumbawa bagian timur, Provinsi
Nusa Tenggara Barat, Indonesia.
Geografis
Secara geografis Kota Bima terletak di bagian timur Pulau Sumbawa
pada posisi 118°41'00"-118°48'00" Bujur Timur dan 8°20'00"-8°30'00"
Lintang Selatan. Tingkat curah hujan rata-rata 132,58 mm dengan hari hujan:
rata-rata 10.08 hari/bulan. Sementara matahari bersinar terik sepanjang musim
dengan rata-rata intensitas penyinaran tertinggi pada Bulan Oktober, dengan suhu
19,5 °C sampai 30,8 °C.
Kota Bima memiliki areal tanah berupa: persawahan seluas 1.923 hektare (94,90% merupakan sawah irigasi), hutan seluas
13.154 ha, tegalan dan kebun seluas 3.632 ha, ladang dan huma seluas 1.225 ha
dan wilayah pesisir pantai sepanjang 26 km.
Batas wilayah
Batas-batas
wilayahnya adalah sebagai berikut:
Kependudukan
Jumlah pendudukan
Kota Bima berdasarkan data tahun 2000 tercatat sebesar 116.295 jiwa
yang terdiri dari 57.108 jiwa (49%) penduduk laki-laki dan 59.187 jiwa (51%)
penduduk perempuan. Sebaran penduduk kurang merata, konsentrasi penduduk berada
di pusat-pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan. Penduduk terbanyak berada di
Kelurahan Paruga, yaitu berjumlah 12.275 jiwa (11%) dan paling sedikit di Desa
Kendo yang berjumlah 1.130 jiwa (1%). Selanjutnya berdasarkan hasil sensus
penduduk tahun 2010, penduduk Kota Bima berjumlah 142.443 jiwa yang terdiri
dari 69.8411 jiwa laki-laki dan 72.602 jiwa perempuan. Jumlah penduduk menurut
kecamatan adalah sebagai berikut :
Kecamatan
|
Jumlah Penduduk
|
34.756 jiwa
|
|
32.531 jiwa
|
|
31.029 jiwa
|
|
27.931 jiwa
|
|
16.196 jiwa
|
Tahun
|
Jumlah penduduk
|
116.295
|
|
142.443
|
|
Sejarah kependudukan kota Bima
Sumber: |
Mata pencaharian
Komposisi penduduk Kota Bima berdasarkan mata pencaharian didominasi
oleh petani/peternak dan jasa/pedagang/pemerintahan yang besarnya masing-masing
45,84% dan 45,05%. Jenis pekerjaan yang digeluti penduduk Kota Bima antara
lain: petani 15.337 orang, nelayan 425 orang, peternak 13.489 orang, penggalian
435 orang, industri kecil 1.952 orang, industri besar/sedang 76 orang,
perdagangan 1.401 orang, ABRI 304 orang, guru 1.567 orang dan PNS berjumlah
2.443 orang.
Keagamaan
Mayoritas penduduk Kota Bima memeluk agama Islam yaitu sekitar
97,38% dan selebihnya memeluk agama Kristen Protestan 0,89%, Kristen Katholik
0,62% dan Hindu/Budha sekitar 1,11%. Sarana peribadatan di Kota Bima terdiri
dari Masjid sebanyak 51 unit, Langgar/Mushola 89 unit dan Pura/Vihara 3 unit.
Sedangkan fasilitas sosial yang ada di Kota Bima meliputi Panti Sosial Jompo
dan Panti Asuhan sebanyak 6 Panti yang tersebar di 3 kecamatan. Masyarakat Bima
adalah masyarakat yang religius. Secara historis Bima dulu merupakan salah satu
pusat perkembangan Islam di Nusantara yang di tandai oleh tegak kokohnya sebuah
kesultanan, yaitu kesultanan Bima. Islam tidak saja bersifat elitis, hanya
terdapat pada peraturan-peraturan formal-normatif serta pada segelintir orang
saja melainkan juga populis, menjadi urat nadi dan darah daging masyarakat,
artinya juga telah menjadi kultur masyarakat Bima.
Pemerintahan
Kota
Bima sebagai pemerintah daerah dibentuk melalui Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2002.
Perekonomian
Berdasarkan potensi sumber daya yang ada, berbagai peluang investasi
cukup prospektif untuk dikembangkan di Kota Bima, antara lain di bidang: jasa,
termasuk pengangkutan, kelistrikan dan telekomunikasi, perdagangan,
agrobisnis/agroindustri, industri air minum kemasan, industri kecil dan
kerajinan, pariwisata dan pendidikan
Peluang tersebut didukung oleh ketersediaan sarana/prasarana yang
cukup memadai seperti transportasi dan telekomunikasi, pasar dan pertokoan,
maupun jasa perbankan. Di samping itu Pemerintah Kota Bima memberikan berbagai
insentif bagi investor yang menanamkan modalnya berupa kemudahan perizinan dan
penyediaan sarana pendukung.
Pertanian dan perkebunan
Berdasarkan pola penggunaan tanah, lahan sawah di Kota Bima mencapai
1.923 ha yang terdiri sawah irigasi seluas 1.825 ha dan sawah tadah hujan
seluas 98 ha. Sedangkan tanah tegalan/kebun mencapai 3.623 ha, ladang/huma
seluas 1.225 ha dan kawasan hutan negara seluas 9.421 ha. Komoditas andalan
pertanian terdiri dari padi, jagung, kedelai dan kacang tanah. Sedangkan
komoditas unggulan perkebunan meliputi: serikaya, kelapa, asam, kemiri, jambu
mete, wijen dan kapuk. Hingga saat ini potensi tersebut belum dimanfaatkan
secara optimal. Kegiatan pengembangan baru dilakukan oleh masyarakat setempat
dengan skala usaha dan teknologi yang masih terbatas.
Perikanan
Kegiatan perikanan yang telah berkembang di Kota Bima adalah usaha
budidaya di perairan laut, perairan air payau dan air tawar. Adapun komoditas
yang dibudidayakan meliputi: bandeng, udang dan rumput laut.
Peternakan
Hingga saat ini jenis ternak yang telah dikembangkan oleh masyarakat
setempat adalah: sapi, kerbau, kuda, kambing, ayam buras dan itik. Kota Bima
sesungguhnya memiliki potensi peternakan yang cukup prospektif dengan
ketersediaan lahan peternakan dan lahan pakan yang cukup luas.
Kehutanan
Kota Bima memiliki wilayah hutan seluas 13.154 ha yang memiliki
kekayaan berbagai macam komoditas dan plasma nuftah.
Komoditas yang cukup potensial terdiri dari kayu jati, sono keling dan kayu
campuran.
Industri dan Kerajinan
Skala industri yang telah berkembang baik saat ini di Kota Bima
meliputi industri Garam Rakyat (PD Budiono Madura), genteng pres, bata merah,
batako, tenun tradisional, gerabah, meubel dan pembuatan tahu/tempe.
Pertambangan
Sebagai daerah perkotaan dengan wilayah yang tidak terlalu luas,
Kota Bima memiliki potensi pertambangan yang terbatas. Jenis bahan tambang yang
berhasil diidentifikasi terdiri dari andesit dan marmer dengan volume ±
517.738.375 m³.
Perdagangan, hotel dan
restoran
Sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Bima baru memberikan
andil sebesar 16,66% dalam pembentukan PDRB. Fasilitas perdagangan terdiri atas
pertokoan dan pasar umum. Lokasi pertokoan meliputi 2 kawasan perdagangan,
yaitu di Kota Bima dan Raba. Kawasan pasar umum di seluruh Kota Raba-Bima
tercatat 4 unit, masing-masing di Kelurahan Kumbe, Rabangodu, Tanjung dan
Sarae. Sedangkan jumlah hotel dan restoran sebanyak 51 unit yang tersebar di 3
kecamatan kota. Dengan memperhatikan kondisi yang ada dalam mewujudkan Kota
Bima sebagai kota Transit maka pengembangan sektor perdagangan, hotel dan
restoran menjadi perhatian utama.
Dunia
perbankan cukup berkembang yang didukung oleh sejumlah Bank Pemerintah dan
Swasta, yaitu: Bank Negara Indonesia (BNI) 1 Kantor Cabang, Bank Rakyat
Indonesia (BRI) 1 Kantor Cabang dan 2 Kantor Unit, Bank NTB 1 Kantor Cabang,
Bank Danamon 1 Kantor Cabang serta Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang meliputi
BPR LKP dan Bank Bias.
Sarana dan prasarana
Transportasi darat
Transportasi di Kota Bima ditunjang oleh prasarana jalan: terminal
dan pelabuhan laut. Panjang jalan raya sekitar 805,02 km yang terdiri dari
Jalan Negara (38,56 km), Jalan Provinsi (52,20 km) dan Jalan Kabupaten (174,26
km)yang sebagian besar merupakan jalan beraspal dan sebagian lainnya jalan
perkerasan batu dan jalan tanah. Fasilitas terminal sebanyak 3 buah, terdiri
dari 1 buah terminal tipe B terletak di Kampung Dara yang merupakan terminal
regional yang menghubungkan Kota Bima dengan kabupaten/kota lainnya dan
Terminal Tipe C yang terdapat di Kelurahan Kumbe, yaitu terminal angkutan umum
yang menuju ke Kecamatan Sape Kabupaten Bima dan di Desa Jati Baru, yaitu
terminal angkutan umum yang menuju ke Kecamatan Wera Kabupaten Bima. Sarana
angkutan darat dalam Kota Bima dilayani oleh bemo, benhur dan ojek.
Transportasi laut
Sedangkan transportasi laut ditunjang oleh: 1 pelabuhan laut sebagai
pintu gerbang utama masuknya penumpang, barang dan jasa. Pelabuhan Bima
dibangun pada Tahun 1963, merupakan pelabuhan laut utama di wilayah
pengembangan Pulau Sumbawa Bagian Timur sebagai Pelabuhan Feeder. Sehubungan
dengan fungsinya yang strategis, pelabuhan laut Bima memiliki dermaga samudera
sepanjang 142 m dan luas lantai 2.050 m² serta dermaga pelayaran rakyat
sepanjang 50 m dengan lantai 500 m². Kedalaman air Teluk Bima 12 m, lebar
minimum 1000 m dan kedalaman sepanjang 134 m serta luas lantai 750 m², open strorage 26.097 m², terminal penumpang 200 m, listrik dengan kekuatan 15 KVA
dan 2 buah Bunker air bersih, masing-masing dengan volume 200 ton. Pelabuhan
laut Bima selain dapat disinggahi kapal-kapal besar seperti KM AWU, KM
Tatamelau, KM Kelimutu, KFC Barito dan KFC Serayu serta kapal-kapal perintis.
Disamping itu juga menjadi pusat bongkar muat barang ekspedisi dan pelayaran.
Pos dan telekomunikasi
Jasa pelayanan pos dilakukan dengan menyediakan 1(satu) Kantor Pos
Cabang Bima dan 2 (dua) Kantor Pos Pembantu yang ada di Bima dan di Raba. Untuk
mempermudah penduduk yang menggunakan jasa pelayanan Pos, di seluruh bagian
wilayah Kota Bima disebar Bis Surat. Sedangkan sistem jaringan telepon yang
dilayani oleh PT. Telkom melalui 1 kantor pusat, kantor pelayanan telepon,
saranan telepon seluler dan internet, dapat dikatakan sudah cukup memadai. Hal
ini dirasakan pada penyebaran telepon umum di seluruh kota baik berupa telepon
umum koin maupun telepon umum kartu. Pelayanan jasa Interlokal maupun
Internasional, di beberapa lokasi strategis di Kota Raba-Bima telah menerapkan
sistem Sambungan Telepon Otomat (STO), non telepon seluler sehingga mempermudah
hubungan langsung jarak jauh. Berdasarkan data yang ada tercatat jumlah telepon
mencapai sekitar 861 unit dengan jumlah pelayanan meliputi rumah tangga
(3.859), bisnis (1.040) dan sosial (13).
Listrik
Sumber penerangan listrik berasal dari Perusahaan Listrik Negara
(PLN) wilayah XI, Kantor Cabang Bima dengan sumber tenaga Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD). Secara umum kondisi kelistrikan telah dapat melayani
kebutuhan penduduk kota walaupun dengan daya yang masih terbatas. Produksi
energi listrik mencapai 46.610.246 KWH dengan energi listrik yang disalurkan
sebesar 45.032.712 KWH pada 17.266 KK pelanggan. Untuk mengatasi kekurangan
tersebut, sejumlah toko dan hotel mempunyai pembangkit listrik portable sendiri. Kondisi ini memberikan peluang yang cukup menjanjikan untuk
investasi dibidang kelistrikan.
Pendidikan
Fasilitas pendidikan[2] yang terdapat di Kota Bima pada tahun 2005 adalah
Sekolah Taman Kanak-kanak (STK) sebanyak 50 (lima puluh) unit, Sekolah Dasar
(SD) sebanyak 88 (delapan puluh delapan) unit ditambah Madrasah Ibtidaiyah
sebanyak 7 (tujuh) unit, Sekolah Menengah Pertama (SLTP) sebanyak 17 (tujuh
belas) unit ditambah Madrasah Tsanawiyah sebanyak 8 (delapan) unit, Sekolah
Menengah Umum (SMU) sebanyak 14 (empat belas) unit ditambah Madrasah Aliyah
sebanyak 5 (lima) unit, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak 6 (enam) unit
serta Perguruan Tinggi sebanyak 5 (lima) unit. Untuk mendukung pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta sumberdaya manusia yang berkualitas,
sebuah kota otonom penting memiliki Perguruan Tinggi Negeri yang berbasis
kebutuhan lokal dengan orientasi global.
Kesehatan
Fasilitas kesehatan[3] yang ada di Kota Bima diantaranya adalah Dinas
Kesehatan Kota, Rumah Sakit Umum (RSU), Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Klinik
BKIA, Apotek, Toko Obat dan tenaga medis yang berpraktik swasta (Dokter
Praktek). Fasilitas kesehatan ini berperan sangat penting untuk meningkatkan
taraf kesehatan masyarakat, untuk menciptakan suatu masyarakat yang
mempraktikkan prilaku hidup bersih dan sehat lingkungan yang akan menunjang
pada gerak laju pembangunan menuju Indonesia Sehat 2010. Dengan adanya
fasilitas tersebut diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
secara merata di seluruh wilayah Kota Bima.
Pariwisata
Secara historis Kota Bima merupakan pusat Kesultanan Bima dimasa
lampau. Dengan warisan kekayaan budaya yang dimiliki, Kota Bima dapat
mengembangkan wisata budaya dengan kebudayaan Islam sebagai basisnya. Asi Mbojo
(istana kesultanan), kuburan raja-raja dan para wali, permainan dan kesenian
rakyat serta upacara keagamaan seperti perayaan maulud, U'a pua serta prosesi
pelantikan raja dan lain-lain merupakan obyek dan event yang sangat menarik.
Wisata alam dan bahari juga bisa dikembangkan. Kawasan pesisir dari Pantai
Lawata sampai pintu gerbang Kota Bima bisa dikembangkan sebagai pusat
perhotelan dan perdagangan souvenir. Taman Kota juga bisa diciptakan sebagai
alternatif bagi wisatawan domestik.
Pariwisata
yang cukup potensial untuk dikembangkan di wilayah ini adalah:
·
Pariwisata alam, meliputi
Pantai Lawata, Pantai Amahami, Pantai Oi Ni'u, Pantai Ule, Pantai Kolo dan
Pulau Kambing
·
Pariwisata budaya,
meliputi museum Asi Mbojo, kuburan Tolobali, bukit Danatraha (kompleks makam
Kesultanan Bima) dan Benteng Asakota
Hal ini
didukung pula oleh berbagai usaha jasa dan produk wisata yang cukup baik,
seperti usaha perhotelan, biro perjalanan wisata, dan souvenir berupa tenun
ikat, songket, sarung dan lain-lain.
Rubrik
Bima atau
yang disebut juga dengan Dana Mbojo telah mengalami perjalanan panjang dan jauh
mengakar ke dalam Sejarah. Menurut Legenda sebagaimana termaktub dalam Kitab BO
(Naskah Kuno Kerajaan dan Kesultanan Bima), kedatangan salah seorang musafir
dan bangsawan Jawa bergelar Sang Bima di Pulau Satonda merupakan cikal bakal
keturunan Raja-Raja Bima dan menjadi permulaan masa pembabakan Zaman pra
sejarah di tanah ini. Pada masa itu, wilayah Bima terbagi dalam kekuasaan
pimpinan wilayah yang disebut Ncuhi. Nama para Ncuhi terilhami dari nama
wilayah atau gugusan pegunungan yang dikuasainya.
Ada lima
orang ncuhi yang tergabung dalam sebuah Federasi Ncuhi yaitu, Ncuhi Dara yang
menguasai wilayah Bima bagian tengah atau di pusat Pemerintah. Ncuhi
Parewa menguasai wilayah Bima bagian selatan, Ncuhi Padolo menguasai wilayah
Bima bagian Barat, Ncuhi Banggapupa menguasai wilayah Bima bagian Timur, dan
Ncuhi Dorowuni menguasai wilayah Utara. Federasi tersebut sepakat mengangkat
Sang Bima sebagai pemimpin. Secara De Jure, Sang Bima menerima pengangkatan
tersebut, tetapi secara de Facto ia menyerahkan kembali kekuasaannya kepada
Ncuhi Dara untuk memerintah atas namanya.
Pada
perkembangan selanjutnya, putera Sang Bima yang bernama Indra Zambrut dan Indra
Komala datang ke tanah Bima. Indra Zamrutlah yang menjadi Raja Bima pertama.
Sejak saat itu Bima memasuki Zaman kerajaan. Pada perkembangan selanjutnya
menjadi sebuah kerajaan besar yang sangat berpengaruh dalam percaturan sejarah
dan budaya Nusantara. Secara turun temurun memerintah sebanyak 16 orang raja
hingga akhir abad 16.
Fajar
islam bersinar terang di seluruh Persada Nusantara antara abad 16 hingga 17
Masehi. Pengaruhnya sagat luas hingga mencakar tanah Bima. Tanggal 5 Juli 1640
Masehi menjadi saksi dan tonggak sejarah peralihan sistem pemerintahan dari
kerajaan kepada kesultanan. Ditandai dengan dinobatkannya Putera Mahkota La
Ka’i yang bergelar Rumata Ma Bata Wadu menjadi Sultan Pertama dan berganti nama
menjadi Sultan Abdul Kahir (kuburannya di bukit Dana Taraha sekarang). Sejak
saat itu Bima memasuki peradaban kesultanan dan memerintah pula 15 orang sultan
secara turun menurun hingga tahun 1951.
Masa
kesultanan berlangsung lebih dari tiga abad lamanya. Sebagaimana ombak
dilautan, kadang pasang dan kadang pula surut. Masa-masa kesultanan mengalami
pasang dan surut disebabkan pengaruh imperialisme dan kolonialisme yang ada di
Bumi Nusantara. Pada tahun 1951 tepat setelah wafatnya sultan ke-14 yaitu
sultan Muhammad Salahudin, Bima memasuki Zaman kemerdekaan dan status Kesultanan
Bima pun berganti dengan pembentukan Daerah Swapraja dan swatantra yang
selanjutnya berubah menjadi daerah Kabupaten.
Pada tahun
2002 wajah Bima kembali di mekarkan sesuai amanat Undang-undang Nomor 13 tahun
2002 melaui pembentukan wilayah Kota Bima. Hingga sekarang daerah yang
terhampar di ujung timur pulau sumbawa ini terbagi dalam dua wilayah
administrasi dan politik yaitu Pemerintah kota Bima dan Kabupaten Bima. Kota
Bima saat ini telah memliki 5 kecamatan dan 38 kelurahan.
Sebagai
sebuah daerah yang baru terbentuk, Kota Bima memiliki karakteristik
perkembangan wilayah yaitu: pembangunan infrastruktur yang cepat, perkembangan
sosial budaya yang dinamis, dan pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi.
Sudah 10
tahun ini Kota Bima dipimpin oleh seorang Walikota dengan peradaban Budaya Dou
Mbojo yang sudah mengakar sejak jaman kerajaan hingga sekarang masih dapat
terlihat dalam kehidupan masyarakat Kota Bima dalam kesehariannya. Baik sosial,
Budaya dan Seni tradisional yang melekat pada kegiatan Upacara Adat, Prosesi
Pernikahan, Khataman Qur”an, Khitanan dan lain-lain serta bukti-bukti sejarah
Kerajaan dan Kesultanan masih juga dapat dilihat sebagai Situs, Kepurbakalaan
dan bahkan menjadi Objek Daya Tarik Wisata yang ada di Kota Bima dan menjadi
objek kunjungan bagi wisatawan lokal, nusantara bahkan mancanegara.
Sumber
daya alam Kota Bima juga memiliki daya tarik tersendiri sebagai Obyek Daya
Tarik Wisata karena letak Kota Bima berada di bibir Teluk yang sangat indah
yang menawarkan berbagai atraksi wisata laut dan pantai seperti; berenang,
berperahu, memancing, bersantai, melihat kehidupan masyarakat nelayan serta
menikmati makanan khas desa tradisional nelayan. Disisi lain alam dan hutan
serta hamparan sawah yang luas juga dapat dilihat di Kota Bima.
Suku asli
masyarakat Kota Bima adalah suku Bima atau dikenal dalam bahasa lokal nya “Dou
Mbojo” dengan mayoritas beragama islam dengan mata pencaharian nya Bertani,
Bertenak, Melaut dan sebagian Pegawai Negeri Sipil. Salah satu ke-unikan Kota
Bima adalah sebagian dari masyarakat nya juga berasal dari berbagai suku dan
etnik di indonesia seperti; Jawa, Sunda, Timor, Flores, Bugis, Bajo, Madura,
Sasak (Lombok), Bali, Minang dan Batak sehingga memberi warna tersendiri
didalam keseharian mereka di Kota Bima (suku-suku ini selalu memeriahkan
upacara dan pawai pada hari-hari besar di Kota Bima) dengan hidup berdampingan
secara rukun dan damai serta suasana kondusif.
Rujukan
1.
www.bimakota.go.id Batas wilayah Kota Bima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar